SELAMAT DATANG DI BLOG COFFEE SHOP ALHIKAM HENDI SELAMAT MENIKMATI KOPI RACIK BUMBU ARAB CAP BABA KUMIS

FILOSOFI KOPI


Ada sebuah filosofi tentang secangkir kopi pahit. Konon dari jenis cangkir apapun, semisal dari cangkir murahan dan bulukan sampai pada cangkir mewah yang mahal, tak akan mengubah rasa kopi. Terlebih lagi apabila kopi itu disajikan dengan penuh cinta kasih dan rasa keakraban, maka rasa pekatnya yang sudah tidak asing lagi di lidah bersama harum aromanya di hidung akan membuat para penikmatnya terbuai dalam ritme irama kebersamaan.

Itu sebabnya sejak dulu sampai sekarang, secangkir kopi menjadi simbol sosial yang tak tergantikan. Ia menjadi media penghangat suasana di mana pun tempatnya. Bagaimanapun suasananya, tanpa melihat orangnya peminum kopi atau bukan, secangkir kopi bisa dikatakan sebagai wadah pemersatu perbedaan. Manakala secangkir kopi telah disuguhkan, maka segala perbedaan seakan hilang larut dalam setiap cita rasa legi dan paitnya. Tidak ada jurang pemisah diantara sesama penikmat kopi, karena semua sama-sama merasakan aroma dan taste-nya yang terkadang terlalu menikmati sampai pada tetes terakhir bahkan hingga titik puncak kenikmatan yang berada pada lethek-nya.

Konon budaya minum kopi sudah lama tertanam pada masyarakat Indonesia sejak berabad-abad lalu. Sejak zaman dulu, secangkir kopi dapat dengan mudah ditemukan dimana saja, dari desa sampai ke pasar-pasar moderen di kota. Lihat saja penonton wayang kulit di desa-desa, betapa kopi menjadi tradisi hidangan yang hukumnya wajib untuk disediakan. Bukan kopi instan. Tapi kopi tubruk asli yang ditumbuk oleh ibu-ibu desa saat itu. Hal ini mengindikasikan bahwa kopi adalah tradisi yang tak terpisahkan dari masyarakat, khususnya dalam bentuk tradisional tubruk yang disajikan secara mudah dan praktis tanpa menggunakan alat atau mesin kopi apapun.

Pada era saat ini, sebagai simbol sosial tak heran jika hampir semua kafe atau restoran yang mengutamakan gaya hidup, selalu memasang labelnya dengan kata-kata “coffee” atau “kopi”, terlepas dari apakah yang disajikan kopi atau minuman lain. Di kota tempat tinggal sayapun sekarang mungkin sudah terdapat ratusan tempat untuk menikmati secangkir kopi. Sebuah wadah yang menyediakan tempat untuk berkumpul, sekedar ngobrol, bahkan acara rapat dengan ngopi sebagai pembuka ataupun bahasan awalnya.

Ketika berada pada sebuah warung kopi entah itu lesehan, angkringan, ataupun modern café, kita bisa bertemu dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda. Berbeda asal-usul, berbeda usia, berbeda status sosial dalam bermasyarakat, bahkan terkadang berbeda etnik dan kebudayaan. Mereka membaur menjadi satu tanpa memandang itu semua dengan secangkir kopi sebagai medianya. Disinilah peranan secangkir kopi sebagai simbol sosial benar-benar ditunjukkan.

Bagi saya pribadi, secangkir kopi adalah menu wajib yang harus tercukupi setiap harinya. Karena menurut saya, secangkir kopi bisa membuat otak kita menjadi cerdas dalam segala hal serta bisa merangsang ide-ide segar. Selain sebagai teman penghangat pada saat udara dingin, secangkir kopi bisa menyuguhkan keakraban bersama teman. Bahkan sekalipun pernah menimbulkan perasaan cinta pada saat ngopi bersama seseorang. Itulah berbagai macam manfaat dari secangkir kopi. Terlalu banyak untuk dikisahkan. Yang jelas bagi saya, tidak ada perbedaan status sosial pada saat bersama-sama menikmati secangkir kopi. Karena secangkir kopi hanyalah secangkir kopi di depan mata. Namun cukup besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar: